FISIOLOGI: DIFUSI MOLEKUL DAN TEKANAN OSMOTIK CAIRAN SEL
SEL DAN
LINGKUNGAN
(DIFUSI MOLEKUL
DAN TEKANAN OSMOTIK CAIRAN SEL)
Shara Aljogja Sandra
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Riau
sharaasandra@gmail.com
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui proses difusi suatu molekul dalam pelarut dan untuk mengukur
besar tekanan osmosis cairan sel epidermis bawah daun Rhoediscolor dalam larutan glukosa. Metode yang digunakan dalam
percobaan ini adalah metode eksperimen. Dari hasil percobaan difusi molekul
diperoleh bahwa semakin kecil ukuran molekul maka semakin besar kecepatan
difusi. Sedangkan dari percobaan tekanan osmotik diperoleh hasil tekanan
osmosis cairan sel epidermis bawah daun Rhoediscolor
sebesar 6,46 atm dengan konsentrasi glukosa sebesar 0,26 M.
Kata kunci: difusi, tekanan
osmotik, cairan sel
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh
yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan
menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam
udara. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas
secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan
konsentrasi. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi
ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan molekul yang diam
dari solid atau fluida (Uwie 2010: 1).
Nilai potensial air di dalam sel dan
nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel
tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial
airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam
isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi
3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan
(Wilkins, 1992). Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam
larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai
potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih
tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih
rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding
sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami
plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis. Menurut
Salisbury and Ross (1992) menyatakan bahwa Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola.
Berdasarkan hal diatas, terdapat rumusan
permasalahan yaitu bagaimana proses difusi suatu molekul dalam pelarut dan
bagaimana tekanan osmosis cairan sel epidermis bawah daun Rhoediscolor dalam larutan glukosa. Maka perlu dilakukan percobaan
dengan tujuan untuk mengetahui proses difusi suatu molekul dalam pelarut dan
mengetahui bagaimana tekanan osmosis cairan sel epidermis bawah daun Rhoediscolor.
METODOLOGI
PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah cawan petri, sendok plastik, mikroskop, gelas ukur, pipet tetes, jarum
oase, kaca objek, pisau silet, dan cover
glass. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kristal KMnO4,
aquades, daun Rhoediscolor dan
larutan glukosa.
Adapun cara kerja dalam percobaan difusi
molekul adalah (1) air sebanyak 15 ml dituangkan ke dalam cawan petri, lalu
diletakkan di tempat datar yang dialasi dengan kertas putih, (2) kristal kecil KMnO4
dimasukkan ke dalam air di cawan tadi, lalu diameter sebaran air diukur setelah
selang waktu tertentu, (3) kegiatan tersebut diulangi beberapa kali, lalu
rata-rata kecepatan difusi dihitung, (4) kecepatan di selang waktu mula-mula
diperhatikan apakah sama dengan berikutnya sampai percobaan dihentikan. Pada percobaan
tekanan osmotik cairan sel adalah (1) larutan glukosa dengan konsentrasi 0,20
M, 0,22 M, 0,26 M, 0,28 M, 0,30 M masing-masing disiapkan dengan 20 ml dalam
cawan petri, (2) epidermis bawah daun Rhoediscolor
disayat dan direndam dalam aquades, (3) tiga sayatan epidermis bawah daun Rhoediscolor dimasukkan ke dalam cawan
petri yang telah berisi larutan sesuai dengan konsentrasi yang telah
ditetapkan, (4) agar pengamatan berjalan dengan baik dilakukan perendaman
sayatan dengan interval waktu lima menit antar masing-masing larutan, (5) hasil
pengamatan melalui mikroskop dicatat setelah perlakukan selama 10 menit, (6)
suhu selama percobaan berlangsung (0C) dicatat dan dihitung besar tekanan
osmotik cairan sel melalui rumus :
TO = 
Dimana :
TO = Tekanan
osmotik dalam atmosfir (atm)
M = Konsentrasi
larutan eksternal pada kondisi incipient plasmolysis (mole/liter)
T = Temperatur
absolut (00C = 2730T); tambahkan nilai ini dengan
temperatur ruangan (0C) selama percobaan
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Difusi molekul
Diameter sebaran air berdasarkan hasil
percobaan difusi molekul dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1.
Diameter sebaran air
Ulangan
|
Waktu (menit)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
1
|
2,5 cm
|
3,3 cm
|
4,1 cm
|
5 cm
|
5,5 cm
|
6,2 cm
|
6,5 cm
|
2
|
2 cm
|
2,7 cm
|
3,5 cm
|
4,5 cm
|
5 cm
|
5,5 cm
|
6 cm
|
Berdasarkan Tabel 1, semakin lama waktu
yang dibutuhkan maka diameter sebarin airnya akan semakin besar. Diameter
sebaran pada ulangan pertama lebih besar dibandingkan dengan diameter sebaran
air pada ulangan kedua. Hal tersebut disebabkan karena pada ulangan pertama
merupakan perlakuan dimana KMnO4 diberi lebih sedikit dibandingkan
dengan KMnO4 pada ulangan kedua.
Apabila konsentrasi dan ukuran partikel KMnO4 lebih kecil,
maka semakin cepat partikel itu bergerak dan kecepatan difusi akan semakin
cepat sehingga diameter sebaran air akan lebih besar (ulangan pertama).
Sebaliknya, apabila konsentrasi dan ukuran partikel KMnO4 lebih besar,
maka semakin lambat partikel itu bergerak dan kecepatan difusi akan semakin
lambat sehingga diameter sebaran air akan lebih kecil (ulangan kedua).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
difusi, yaitu:
(1) Ukuran
partikel, Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi. (2) Ketebalan membran. Semakin tebal
membran, semakin lambat kecepatan difusi. (3) Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat
kecepatan difusinya.
(4) Jarak. Semakin
besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya. (5) Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel
mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula
kecepatan difusinya (Adrimarsya, 2012).
Tekanan osmotik
cairan sel
Tekanan osmotik cairan sel epidermis
bawah pada daun Rhoediscolor dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Tekanan
osmotik cairan sel epidermis daun Rhoediscolor
Larutan glukosa (M)
|
Sel dalam keadaan biasa
|
Sel dalam keadaan plasmolisis
|
Presentase plasmolisis (%)
|
TO (atm)
|
0
|
10
|
-
|
0
|
0
|
0,2
|
8
|
4
|
33
|
4,97
|
0,22
|
10
|
7
|
41
|
5,46
|
0,24
|
4
|
3
|
42
|
5,96
|
0,26
|
7
|
6
|
46
|
6,46
|
0,28
|
6
|
10
|
62
|
6,96
|
0,30
|
4
|
10
|
71
|
7,45
|
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat
bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan glukosa maka semakin tinggi persentase
sel daun Rhoediscolor mengalami plamolisis. Pada larutan glukosa dengan
konsentrasi 0 M terdapat sel dalam keadaaan tidak berplasmolisi sebanyak 10 sel
dan tidak ada sel yang berplasmolisis, hal tersebut sesuai dengan pendapat
Tjitrosomo (1987) bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis.
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas
potennsial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya
potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya
potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan
potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang
terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel
bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika
tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial
osmotik yaitu
semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin
negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai
potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).
Pada konsentrasi
larutan glukosa 0,26 M jumlah sel yang mengalami plasmolis telah mencapai 46%
atau hampir mencapai 50%. Hal tersebut menandakan bahwa dala kondisi tersebut
merupakan kondisi yang hampir mendekati isotonik, dimana dalam kondisi tersebut
potensial air yang ada di dalam sel epidermis Rhoediscolor maupun di luar sel (larutan glukosa) menjadi sama,
sehingga tidak terjadi lagi difusi air karena air yang masuk ke dalam sel
epidermis Rhoediscolor dan air yang
keluar dari sel terdapat dalam jumlah yang sama atau dapat dikatakan terjadi
keseimbangan yang dinamis. Jika potensial di dalam sel dan di luar sel sama,
maka besarnya potensial osmosis yang ada di dalam dan di luar sel juga akan
sama.
Setelah
diketahui bahwa pada konsentrasi 0,26 M, jumlah sel epidermis Rhoediscolor mencapai 46% (mendekati
50%), maka dapat dihitung nilai tekanan osmosis yang ada pada sel epidermis Rhoediscolor. Dalam menghitung tekanan
osmosis pada sel epidermis Rhoediscolor,
temperatur ruangan yang digunakan sebesar 300C.
TO
= 22,4 . M. T
273
=
22,4 . 0,24 . (273+30)
273
= 6,46 atm
Berdasarkan hasil hitungan tekanan
osmotik, diperoleh hasil tekanan osmosis sel epidermis Rhoediscolor pada konsentrasi glukosa 0,26 M yaitu sebesar 6,46
atm.
KESIMPULAN
Proses difusi suatu molekul dipengaruhi
oleh ukuran molekul tersebut. Semakin kecil ukuran molekul tersebut maka
semakin besar kecepatan difusi yang terjadi. Sebaliknya, semakin besar ukuran
molekul maka semakin lambat difusi yang terjadi.
Sedangkan besar tekanan osmosis cairan
sel akan semakin besar apabila konsentrasi larutan glukosa semakin tinggi.
Apabila persentase plasmolisis mencapai 50% maka dapat dikatakan bahwa
potensial osmotik larutan sama dengan potensial osmotik cairan sel.
DAFTAR PUSTAKA
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952.
Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc., New York.
Uwie. 2010. Anonim. 2004. Difusi Osmosis
dan Plasmolisis. http://www.e-dukasi.net. Diakses pada tanggal 1
November 2014
Adrimarsya.
2012. Difusi Dan Osmosis. http://Adrimarsya.wordpress.com/2012/12/05/difusi-dan-osmosis/. Diakses pada
tanggal 1 November 2014
Tjitrosomo.1987.
Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa,
Jakarta.
Salisbury,
F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadswovth Publishing co,
California.
Komentar
Posting Komentar